Kalau hidup adalah tentang chapter-chapter buku.
Chapter 1 ku adalah tentang belajar membaca, menulis,
matematika, jatuh cinta dan patah hati.
CHAPTER 2, menemukanmu.
… rasanya selalu ada titik di akhir sebuah kalimat jawaban.
Tapi milikmu, selalu berakhir dengan tanda tanya?
Subuh masih menggantung
saat kau selesaikan lagu lirih di gitar kesayangan. Aku terkantuk-kantuk di
penghujung kasur. Disana, di depan pintu, kau merasakan sesapan terakhir
sebatang rokok sebelum menghempaskan abu terakhirnya ke tempat sampahku.
Saat aku memandangmu,
memikirkan jutaan kalimat yang tercipta begitu saja, kau sedang memandang
langit subuh. Entah untuk siapa?
“makasih, lo bikin gw
kayak hari ini”
“salah, gw yang
makasih, tanpa lo gw nggak akan kayak hari ini”
dan kalimat kita terjun
bebas di keheningan panjang setelah sibuk berceloteh selama 2 jam di sambungan
telpon seluler. 1 jam cuma 1000.
Aku tak mengerti kenapa
jawaban itu seperti sihir yang membekukan jam. Aku nyaris lupa, kita ini siapa?
Mulanya obrolan yang
akan bertahan sampai perut lapar
Disambung telpon
panjang berjam-jam
Kemudian rentetan huruf
lewat pesan
Lalu sesekali menyapa
di social media,
Sampai aku kirim 4
kata, hari ini
“hai ….., ini tya”
dan tak melahirkan
jawaban.
Kupikir,
Kau, tetap sebuah,
pertanyaan?