Sunday, December 16, 2012

kamu. kamu. kamu.


masih hujan diluar sana, waktu aku mulai merindukanmu
secangkir kopi tak bisa menyelamatkan sepiku
hanya wajahmu terrepetisi tak mau henti
rindu yang banyak sudah mulai berkembangbiak

kamu
kamu
kamu
kamu

dan nyawaku tersedot dalam hening yang panjang
yang isinya:

kamu
kamu
kamu
kamu 

tak mengapa,
aku belajar untuk menerima
kalau rinduku tak punya tempat
dan cintaku tak punya kata lain selain tamat

membiarkanmu hadir di dalam sini, adalah caraku hidup esok hari
mengizinkanmu tinggal, hanya cara sederhanaku melanjutkan mimpi
meminjamkanmu nyawa, adalah sedikit usaha untuk bertahan 

masih hujan diluar sana
aku ingin menari bersamanya
karena Tuhan bersama orang-orang yang tepat
yang tahu apa arti kata terlambat. 

sungguh aku mencintaimu, tanpa syarat. 



Kehilanganmu (lagi)


Aku tak tahu sebenarnya sudah berapa kali kehilanganmu
Saking seringnya
Yang aku tahu hanya rasanya,
Lubang besar menganga yang ditinggalkannya..
rasa sakitnya, yang menghajar malam tanpa ampun
melahirkan pagi yang mengigit, nyeri.

Walaupun sering,
Ternyata aku tak pernah (mau) belajar, bahwa kau bisa hilang.
Aku tak pernah (ingin) mengerti, kalau kau bisa tak ada
Tak pernah (berusaha) percaya, kalau kau bisa marah

Bodohnya aku
Karena yang menghajarku bukan cuma ketiadaanmu
Tapi justru kisah yang sudah ada di kepalaku
Setiap jengkal momen yang sudah kau biarkan terjadi, padaku
setiap tawa, tangis, yang terjadi karena kita memutuskan bersama

kamu, menyisakan dunia yang terlanjur kumiliki
hujan yang menyelamatkan gersang
secangkir kopi hangat yang ingin kugenggam saat nyaris tamat
kau, mendefinisikan cinta di nuansa gila yang tak pernah ingin kumengerti kenapa

jangan pergi, tetaplah d.i.s.i.n.i

aku masih meyakini,
tak ada yang mencintaimu sebaik caraku
jadi, izinkanlah aku mencurimu, lagi. Lagi. Lagi. Tanpa henti.






Menginginimu, bodoh



Pada celah dinding yang retak, aku berbisik..
Setidaknya saat aku berkehendak kau ada,
Kau bisa ada.

Tak perlu menunggu Senin tiba
Aku menginginimu saat ingin
Tak perlu ada alasan, untuk itulah cinta ini masih tersisa

Aku muak dengan mengingini
Mengebiri rindu jadi titik-titik kalimat yang tak tersentuh huruf
Aku menjadi sangat tersesat dan tak ingin lain selain
Menemukan rumah yang selalu kau jadikan ada

Pulanglah padaku
Bersamaku kau tahu cinta itu ada
Bukan karena harus,
Ia tercipta karena bagiku, kau sempurna

Aku ingin menjadikanmu selamanya
Dan sedang memohon pada dunia
Agar kelak menginginimu, tak akan pernah menyakitiku lagi





di tengah malam waktu detik berbisik, aku mulai panik. apakah kau bersamaku saat ini? apakah merindukanmu sangat egois? atau aku cuma satu anak manusia yang ingin mengemis? aku menangis. untuk malam-malam saat kau tak ada. untuk cinta yang tak tahu….. harus didaratkan dimana..