
Berapa banyak diantara kalian yang beruntung bisa memeluk dunia di dalam matanya?
Menyapa pagi lewat baunya yang tak pernah bisa kau singkirkan
Mengantar siang lewat peluknya yang mengucapkan “jangan lupa makan”
Bagaimana dengan malam, saat kau memaksa matahari tunduk pada kharismanya yang lebih terang?
Seberapa sering kau merasakannya untuk seseorang?
Akui dalam hati,
Cinta terbesar adalah yang membuatmu lebih dari berani
Cinta sebenarnya adalah yang membuatmu tak punya pilihan lain selain mengikuti hati
Meski akhirnya itu meremukkanmu, dalam kenyerian yang tak berhenti memaki
Benarkah seumur hidup kita hanya jatuh cinta satu kali?
Bagaimana kalau bisa dua-tiga kali?
Manakah yang kau ingin sebut cinta sejati?
Mereka yang tak bisa kau tinggalkan, atau mereka yang tak bisa kau miliki, tapi kau rindukan?
Tak bisa kau tinggalkan, atau tak bisa kau miliki tapi kau rindukan?
Kau mengeluh nyaring, tapi tak ingin ada yang dengar
Kau menangis nyeri, tapi melumatnya dalam riang tapi tak bernyawa
Kau mencuri waktu untuk menghadirkannya di kepala
Menemuinya cukup sekali sehari, memunculkan berani meski hanya bisa didengar udara
Kau tak perlu repot meniadakannya
Karena cinta yang sebenarnya tak pernah mati
Meski sudah terlalu banyak bertransformasi,
Mereka akan selalu tersedia dalam jagat raya,
Menyatukan kalian dalam rindu yang saling sapa,
Meski dalam diam, meski dalam huruf yang bisa dihapus, meski dalam kesederhanaan yang melenggang santai diantara siang
Kau hanya tahu, cukup tahu,
Dia itu cinta, cinta itu dia.
Dan hanya pernah sekali ada, lalu hilang tak lahir dan tak juga mati.
Dia itu cinta, cinta itu dia.