Kemenangan terbesar
hati atas otak, adalah waktu bangun pagi
Waktu udara
sepertinya punya zat yang memfilter segalanya,
Menjadi jelas,
mudah terbaca.
Saat itulah aku
tahu,
seberat itu aku
sudah patah hati.
Aku hanya bisa benamkan
kepala di bawah bantal
Berharap gelap
membawa wajahnya pergi
Tapi tanpa perlu
mengemis pada otak,
Memori sudah
membuatnya datang lagi, lagi, lagi
Lalu aku coba meraba
pelan-pelan
Seberapa sakit itu
sudah terasa
tanpa merasa perlu
kasihan,
Ia hadir lagi di
hantaman keras sepotong kesimpulan :
Dia sudah pergi.
/
/
/
/
Lalu jam, menit dan
detik sepakat berhenti
Memberikan impuls
otak untuk memilah dan meyakini
Bahwa cinta
untuknya pernah sebesar dunia
Bahwa cinta padanya
pernah membuatku merasa begitu sempurna
Dan cinta itu sudah
dikemasinya pergi
Dan cinta yang
sama, membunuhku dalam s.e.p.i
Berhari-hari..
Berbulan-bulan..
Bertahun-tahun..
Apa yang harus
kulakukan dengan kenyataan,
Bahwa kau hadir di
setiap partikel mimpi?
Kau cukup ADA, dan
semuanya terasa lengkap dan baik-baik saja
Bagian yang paling
sulit,
Adalah merelakanmu
menjadi satu dari milyaran manusia
Dari ‘kelak’
menjadi kata ‘pernah’ dan ‘tamat’
Bagaimana aku bisa
mengekstraksi mimpi,
Meniadakan namamu,
dan mulai dari awal lagi?
…
No comments:
Post a Comment
feel free to feedback :)