ONE DAY OF OUR DAY
[SATU]
“dear, aku kedinginan”
kau bergerak merayap ke ujung tempat tidur, meraih remote
AC, mematikannya.
Kau kembali ke sisiku, meraih kepalaku, meletakkanku ke
dadamu.
Kau akan kepanasan, tapi kau tak akan izinkan aku
kedinginan.
matamu mengerjap ngantuk, pelan-pelan terbuka dan menemukan
senyumku.
Kau segera bangun, mencari keningku, menciumnya dalam diam.
“I love you”
“I love you too”
dan kau bergegas menyambut kopi, sementara aku mandi.
Aku membesarkan volume speaker handphone, saat kau
mengernyit dari balik koran
“korea?”
“we will play your song during the traffic, please allow me
to have my antitoxin now” aku meletakkan cangkir tehku.
dan kau tersenyum geli, tapi ikhlas, karena musik menghentakmu
akan menjadi original soundtrack sepanjang perjalanan ke kantor. Ku. Kau bebas
melanjutkan sesukamu sepanjang waktu menuju kantor. Mu.
Kau melepas sandal, meletakkan kaki telanjangmu di atas
kakiku.
Aku selalu menganggapnya “berpegangan tangan”, tanpa campur
tangan si tangan.
“Citra Pariwara sebentar lagi kan?” aku membereskan cangkir
kopimu di bak cuci
“yeah, sebentar lagi, tahun depan, who care” kau tersenyum
sinis dari seberang ruangan
“it was said so cruely by someone who actually ever won it”
kau menghampiriku, memelukku dari belakang.
“it only once, and it didn’t make me rich” kau menciumku
sambil berbisik
“we gonna be late my love, you told me you have appointment”
aku menciprat-cipratkan air di tangan, tak tega mengambil
selembar tisu.
“it just an interview, with marketing magazine. Mereka nggak
akan datang on time. Kebiasaan wartawan.” Aku berbalik, menemukan matanya.
“shall we?”
“then, you said we got a couple minutes?” kau menggodaku.
Mata sipitmu tenggelam di balik senyuman.
“bodoooohh! Stop it! We go…… now”
aku bergegas meraih tas, dan kau mengambil kunci mobil.
“why I love this cruel woman, dear Lord!”
aku terbahak geli.
Kenapa juga aku juga mencintai pria bodoh ini.
Wooow, lovely :)
ReplyDelete